Civility at Sea

I was excited to be back on the tour schedule after a few days away from the lake and one difficult shift working on the docks. I had watched tour after tour line up, board, and leave without me. It…

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




Multikampus dan Kemahasiswaannya

Ketika mendengar Institut Teknologi Bandung mayoritas masyarakat Indonesia terpikir mengenai letaknya yang ada di Bandung. Diawali dari tahun 1920, De Technische Hoogeschool te Bandoeng didirikan di Bandung oleh pihak Belanda. Kemudian di tahun 1959, namanya diubah menjadi Institut Teknologi Bandung yang terus digunakan hingga sekarang. Maka memang hal yang wajar bila orang Indonesia akan berpikir bahwa kampus ITB hanya ada di Bandung, yaitu Kampus ITB Ganesha. Meskipun, kenyataannya pada tahun 2011, ITB telah resmi menggunakan kampus ITB yang berada di Jatinangor untuk menjadi wadah bagi jurusan-jurusan baru.

Kampus ITB Jatinangor terbilang sangat baru, eksistensinya pun masih kurang dari 10 tahun. Seakan-akan baru terlahir, Kampus ITB Jatinangor masih terlihat sepi mahasiswa. Bukan hanya sepi mahasiwa, kampus ini juga cenderung sepi kemahasiswaannya. Kemahasiswaan disini lebih dalam artian kegiatan berorganisasi, kepanitiaan, unit, dan pengabdian masyarakat.

Dalam suatu kesempatan, penulis telah melakukan wawancara dengan salah seorang mahasiswa Kampus ITB Cirebon yang saat ini berada di Kampus ITB Jatinangor. Narasumber kami yang bernama Maya Agustin adalah mahasiswa yang aktif dalam berkegiatan di unit Keluarga Mahasiswa Pecinta Alam (KMPA) ITB. Maya menyampaikan kesulitan untuk melakukan kegiatan kemahasiswaan di Kampus ITB Jatinangor lebih kepada kesulitan mencari sumber daya manusia yang mampu merintis sebuah unit dari nol. Menurutnya, sangat sulit untuk membangun lingkungan baru yang memiliki kriteria yang sama dengan keadaan di Kampus ITB Ganesha. Kalaupun unit dari Kampus ITB Ganesha akan membuat cabang di Kampus ITB Jatinangor maka mereka akan mengalami kesulitan dalam pengubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Sedangkan, unit di Kampus ITB Ganesha pada umumnya sudah memiliki agenda sendiri untuk dijalankan. Merubah AD/ART akan sulit terutama bagi mereka yang kurang sumber daya manusia.

Hingga saat ini sudah ada beberapa unit yang mulai membuka cabang di Kampus ITB Jatinangor. Beberapa diantaranya adalah Lingkung Seni Sunda, Keluarga Paduan Angklung, Marching Band Waditra Ganesha, dan Pasopati. Namun, kegiatan masing-masing unit masih terpusat di Kampus ITB Ganesha. Seperti yang dikatakan oleh salah satu narasumber penulis, Zahra, bahwa diawal memang ada acara penyambutan di Kampus ITB Jatinangor oleh unit yang diikutinya. Namun, setelah itu kegiatan masih berlanjut di kampus utama di Ganesha. Hal ini tidak berlaku hanya pada unit KPA saja, nyatanya mayoritas unit cabang tidak benar-benar memaksimalkan wilayah di dalam Kampus ITB Jatinangor. Alasan utama mereka adalah sulitnya mobilisasi mahasiswa dari Kampus ITB Ganesha ke Jatinangor.

Selain wadah unit ada juga wadah kepanitiaan di Kampus ITB Jatinangor. Seperti di tahun 2017 terdapat Olimpiade Jatinangor yang merupakan rangkaian acara olahraga paling besar di Kampus ITB Jatinangor pada masanya. Hanya saja Olimpiade Jatinangor diadakan dua tahun sekali saja, hal ini sangat kurang jika dibandingkan dengan kepanitiaan di Kampus ITB Ganesha yang diadakan terus menerus. Ketika tidak banyak kegiatan kepanitiaan yang dapat dilakukan oleh mahasiswa di Kampus ITB Jatinangor maka kebanyakan dari mereka akan memilih untuk berkontribusi di kampus utama saja. Semakin lama, mahasiswa akan terbiasa meninggalkan Kampus Jatinangor dan lupa untuk mengembangkan kampusnya sendiri.

Di tahun 2018 himpunan-himpunan d Kampus ITB Jatinangor memprakarsai kegiatan berbasis pengabdian masyarakat yaitu Abdimaja yang merupakan singkatan dari pengabdian masyarakat Jatinangor. Kegiatan ini disambut dengan baik di Jatinangor. Selain diharapkan untuk memberikan dampak positif bagi masyarakat Jatinangor, Abdimaja juga akan memberikan wadah bagi mahasiswa Kampus ITB Jatinangor yang ingin melakukan pengabdian masyarakat tetapi kesulitan untuk mengikuti kegiatan berbasis pengabdian masyakarat yang diadakan di kampus utama.

Pada akhirnya, mahasiswa Kampus ITB Jatinangor tidak banyak memiliki pilihan selain ikut aktif pada kegiatan kampus utama. Penulis merasa keikutsertaan mereka pada kegiatan terpusat akan memberikan pengalaman tidak terbatas untuk pribadi masing-masing. Namun, bukan berarti mahasiswa Kampus ITB Jatinangor melupakan kampusnya sendiri. Dari pengalaman yang mereka dapat dari kampus utama harusnya dapat diaplikasikan kembali untuk Kampus ITB Jatinangor. Dengan begitu kedua kampus akan saling mendukung satu sama lain dan terus berkembang. Meskipun melalui platform yang berbeda, jika seluruh kampus ITB berhasil menanamkan nilai yang sama, maka seluruh kemahasiswaan kampus ITB telah berhasil diaplikasikan.

Oleh:

Wiga Jihan Armani

Wais Al Qharni

Add a comment

Related posts:

Proof Women are More Like Dogs

Women are certainly not like cats, as I have already established in last week’s article, men are like cats. Duh. Women, therefore, can’t be like cats because women are most definitely not like men…

How it Works?

LibertyLance is a self regulatory decentralized gig based marketplace for freelancers and clients built on the Ethereum blockchain. Our platform gives freelancers the opportunity to showcase their…

Bringing Patients with Dementia to the Emergency Department

An experienced emergency physician, Dr. Matthew Bogard cares for patients in hospitals across Iowa and Nebraska. Dr. Matthew Bogard has cared for a diverse cohort of emergent patients, some of whom…